
Gaya Berpakaian Zaman Medieval: Dari Ksatria Sampai Rakyat Jelata
Gaya Berpakaian Zaman Medieval: Dari Ksatria Sampai Rakyat Jelata
Ketika mendengar kata “zaman medieval” atau Abad Pertengahan, yang terlintas dalam benak banyak orang adalah kastil megah, ksatria berzirah, hingga para bangsawan anggun dengan gaun menjuntai. Tapi, tahukah kamu bahwa outfit atau pakaian pada masa itu punya fungsi, simbol, dan makna sosial yang sangat kuat?
Outfit zaman medieval bukan hanya soal gaya, tetapi juga cerminan status sosial, jenis pekerjaan, hingga nilai budaya masyarakat Eropa pada masa itu. Yuk, kita telusuri lebih dalam bagaimana gaya berpakaian orang-orang dari berbagai kelas di era medieval!
Apa Itu Zaman Medieval?
Zaman medieval berlangsung sekitar tahun 500 hingga 1500 Masehi, setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi dan sebelum datangnya era Renaisans. Masa ini terbagi dalam tiga periode: Early (awal), High (tinggi), dan Late (akhir) Middle Ages.
Setiap periode punya ciri khas tersendiri dalam gaya berpakaian, namun secara umum, pakaian saat itu memiliki ciri-ciri:
-
Longgar dan berlapis-lapis
-
Terbuat dari wol, linen, atau kulit
-
Disesuaikan dengan iklim dan kegiatan
-
Jarang dicuci (karena keterbatasan air dan sabun)
1. Pakaian Bangsawan dan Raja
Golongan bangsawan memiliki akses ke kain terbaik dan paling mahal seperti sutra, beludru, dan kain berwarna cerah. Semakin mencolok warnanya, semakin tinggi pula statusnya, karena pewarna alami seperti ungu dan merah sangat mahal.
Laki-laki bangsawan biasanya mengenakan:
-
Doublet (semacam jaket dalam)
-
Jubah panjang
-
Celana ketat (hose)
-
Sepatu kulit lembut
-
Topi berbulu atau hiasan kepala
Sementara perempuan bangsawan memakai:
-
Gaun panjang berlapis
-
Corset untuk membentuk siluet tubuh
-
Hennin (topi lancip tinggi khas putri raja)
-
Sarung tangan renda dan veil (kerudung tipis)
Semua outfit ini tidak hanya soal estetika, tapi juga menunjukkan kekuasaan dan kehormatan keluarga mereka.
2. Pakaian Ksatria dan Prajurit
Ksatria adalah simbol kekuatan dan kehormatan. Pakaian mereka memiliki fungsi utama: melindungi tubuh saat perang. Outfit mereka terdiri dari:
-
Chainmail (zirah rantai): baju besi dari ribuan cincin logam kecil
-
Gambeson: jaket tebal dari kapas atau wol sebagai bantalan
-
Helmet (helm logam): berbagai bentuk, tergantung era
-
Shield & tabard: penutup luar yang menampilkan lambang keluarga (coat of arms)
Saat tidak sedang bertempur, ksatria juga tampil anggun dengan mantel panjang dan sabuk mewah sebagai penanda status.
3. Pakaian Rakyat Jelata dan Petani
Rakyat biasa berpakaian sederhana dan praktis. Mereka biasanya mengenakan:
-
Tunic (jubah pendek) dari kain wol atau linen
-
Celana longgar
-
Apron atau celemek untuk bekerja
-
Cloak (mantel) untuk cuaca dingin
-
Sandal atau sepatu dari kulit kasar
Pakaian mereka umumnya hanya berwarna cokelat, abu-abu, atau krem, karena pewarna mahal hanya bisa diakses kaum bangsawan.
Perempuan petani mengenakan gaun longgar dengan apron dan kerudung penutup kepala, yang juga berfungsi melindungi rambut dari debu dan panas matahari.
4. Simbolisme Warna dan Aksesori
Dalam budaya medieval, warna pakaian punya arti:
-
Merah: kekuasaan, status tinggi
-
Ungu: kerajaan, kemewahan
-
Hijau: kesuburan, kehidupan
-
Putih: kemurnian, sering dipakai biarawati
-
Hitam: berkabung atau posisi religius tinggi
Aksesori juga penting. Sabuk, brooch (peniti mewah), sarung tangan, hingga perhiasan emas menjadi pelengkap outfit bagi mereka yang mampu membelinya.
5. Pengaruh Agama dan Gereja
Agama Kristen mendominasi Eropa saat itu, dan memengaruhi gaya berpakaian. Biarawan dan biarawati memakai jubah sederhana berwarna cokelat atau hitam, sebagai simbol kerendahan hati.
Uskup dan pemimpin gereja mengenakan jubah panjang berhias emas, dengan topi khusus bernama mitra, menunjukkan otoritas spiritual mereka.
Penutup
Outfit zaman medieval lebih dari sekadar pakaian — ia adalah simbol kekuasaan, status sosial, dan budaya. Dari raja hingga petani, setiap orang berpakaian sesuai perannya dalam masyarakat.
Meski dunia sudah jauh berubah, inspirasi dari gaya medieval masih sering muncul di dunia fashion modern, film, dan cosplay. Bahkan banyak festival yang menghidupkan kembali gaya berpakaian ini sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah.
Jadi, next time kamu nonton film seperti Game of Thrones atau The Witcher, kamu sudah tahu bahwa gaya berpakaian para tokohnya punya akar yang panjang dari masa lalu yang nyata.